Showing posts with label tourism. Show all posts
Showing posts with label tourism. Show all posts

Saturday, April 6, 2013

Masjid Syudaha Cot Plieng Bayu Yang Dilupakan Sejarah


Masjid kecil itu terlihat sepi. Dekat ke pintu masuk ada tulisan terpatri pada sebuah prasasti di dinding. Isinya tentang pembangunan masjid pada Maret 1988 atas swadaya masyarakat setempat dan warga Jepang. Dalam prasasti disebutkan, warga Jepang sebagai “teman-teman kami”. Di bawahnya, ada tulisan dengan aksara kanji.



Selain di dinding, aksara Jepang juga terdapat pada kotak amal masjid yang diletakkan di teras. Panjang kotak amal kira-kira semeter.


Inilah Masjid Syudaha Cot Plieng Bayu. Letaknya di Desa Beunot, Syamtalira Bayu, Aceh Utara. Sejarah berdirinya masjid ini bersinggungan dengan Jepang. Masjid ini simbol keberanian Teungku Cot Plieng melawan Jepang bersama para santrinya. Masjid sempat dibakar Jepang pada 1942.





Teungku Iskandar, pengurus masjid, menuturkan alasan Jepang membakar masjid ketika mereka tidak menemukan Teungku Cot Plieng atau Teungku Abdul Djalil, ulama muda yang sangat dicari tentara Jepang pada masa itu. Iskandar adalah cicit Teungku Cot Plieng.

Teungku Abdul Djalil wafat dalam sebuah pertempuran dengan Jepang. Makamnya kini terletak di samping masjid, berdampingan dengan makam dua istrinya. Di situ juga ada makam santri-santri Teungku Cot Plieng.

Sebagai bukti sejarah pula, tugu pahlawan dibuat di depan Jalan Medan-Banda Aceh. Pada tugu tertera jumlah pejuang Aceh yang syahid dalam perang melawan Jepang.



Setelah dibakar, pada 1988 seperti tertera di prasasti, masjid kembali dibangun oleh Jepang karena merasa bersalah terhadap masyarakat Aceh. Pembangunannya dikoordinasi oleh Mahmud Syarakawa.

Ternyata, tak cuma Jepang yang bersinggungan sejarah dengan masjid itu. “Pada 1998, senjata GAM juga pernah di-peusijuk di masjid ini. GAM juga berdoa di makam Teungku,” kata Iskandar.

Masjid Cot Plieng sekarang kerap dijadikan sebagai tempat pengajian dan tadarus para wanita lanjut usia. “Pada bulan Ramadan mereka melakukan pengajian dan tadarus untuk mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Teungku Iskandar.




Masjid dibangun diatas pertapakan tanah ukuran 9 x 12 meter persegi. Meski telah dipugar, kini bangunan masjid kurang perawatan. Beberapa kaca jendela masjid sudah pecah. Pagar dari kawat yang mengelilingi masjid sebagian putus.

Iskandar mengatakan permohonan bantuan kepada Pemerintah Aceh Utara sudah lama dilakukan, tetapi tak pernah direspons.

Sejak pemugaran, kata dia, dana pengembangan masjid hanya dari sedekah warga. Jalan menuju masjid sejak dari tugu masih berupa batu kerikil bercampur tanah.“Ketika hujan, jalan itu becek, terlihat seperti kubangan kerbau,” kata Iskandar.

Iskandar berharap Pemerintah Aceh Utara memberikan sumbangsih agar masjid bersejarah itu tak punah begitu saja atau setidaknya Pemerintah Jepang memugar kembali masjid termasuk makam para syuhada agar terlihat indah.

Monday, March 9, 2009

PANTAI LAMPU’UK


Pesona Pantai Aceh dengan lautnya yang biru dan pasirnya yang putih dan keindahan Paronama alam sambil menikmati indahnya matahari terbenam didaerah

paling ujung pulau sumatra”




Aceh yang merupakan daerah unjung barat Indonesia yang terletak paling Ujung Pulau Sumatra, secara geografis Aceh sangat strategis dikelilingi laut dan diapit oleh selat Malaka disebelah timur dan Samudra Hindia disebelah barat. Disamping itu Aceh memiliki kekakaayan alam yang luar biasa indahnya gunung-gunung yang terdapat banyak material didalamnya serta kekayaan laut yang melimpah ruah.


Banyak Pesisir Pantai Aceh yang menjanjikan pesona wisata yang luar biasa merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan pariwisata di tanah rencong ini. Salah satu pantai yang menjadi andalan pariwisata Aceh adalah Pantai Lampu’uk.


Pantai Lampu’uk, Pantai ini memang sudah dari dulu menjadi tempat rekreasi, pantai yang sempat hancur diterjang tsunami ini sekarang menjadi sebuah pantai yang menjanjikan pesona wisata Alam yang luar biasa. Anginnya yang sepoy-sepoy, gelombangnnya yang tenang membuat Pantai Lampu’uk ini nan indah. Lautnya yang biru menjadi daya tarik sendiri membuat seakan yang melihatnya bagaikan berada ditengah samudra. Pantai ini setiap minggunya dipenuhi berbagai pendatang baik turis macanegara local maupun penduduk Aceh yang ingin menikmati pemandangan indah di pantai Lampu’uk ini.


Selain anda bisa berenang di pantainya yang biru dan bersih pengunjung pun akan dimanjakan dengan makanan khas pantai Lampu’uk, yaitu ikan Bakar Lampu’uk. Ikan bakar ini sendiri sebelum dinikmati pengunjung bisa memilih ikan yang akan dibakar, ikannya besar-besar dan segar. Tidak hanya beberapa makanan khas Laut seperti udang dan cumi-cumi ikut meramaikan makanan khasi tersebut. Susah dibayangkan makan ikan bakar yang segar sambil menikmati pemandangan laut. Uniknya makanan ikan bakar ini dinikmati sambil duduk diatas Pondokan lesehan, atau yang lebih terkenal di Aceh adalah Jamboo. Menikmati sambil semilir angin sepoy-sepoy memanjakan kita.



Tidak hanya makanan yang dapat memanjakan pengunjung, tapi pengunjung bisa menikmati ‘keindahan Pantai Lampu’uk dengan Banana boat, banana boat ini sebuat kapal karet yang berbentuk pisang yang dapat dinaiki oleh 5 orang dan ditarik oleh sebuah kapal, dan pengungjung cukup membayar Rp. 25.000 saja kepada pengelola, dan pengolola memberikan pengamanan yang cukup memadai kepada setiap pengunjung yang akan menaiki banana boat ini. Banana boat ini akan membawa anda keliling pantai Lampu’uk sampai 20 meter dari bibir pantai, Luar biasa rasanya kalau Menikmati laut yang nan biru sambil berputar-putar selama 20 menit.


Panjang areal Pantai lampuuk ini sangat panjang mencapai 4 Kilo meter sampai ke Sebuah gunung karang, yang dimana terdapat banyak gua-gua dibawah air. Anda bisa menikmati sambil berjalan diatas pasir pantai yang putih. Tiap hari sabtu dan minggu pantai ini ramai dikunjungi pengunjung namun tidak kalah juga hari libur pun Pantai Lampu'uk ramai dikunjungi warga Kota Banda Aceh dan Aceh Besar.


Pantai Lampu’uk ini tidak hanya menawarkan berbagai keindahan Panorama alam dan keindahan lautnya, tapi bagi anda yang ingin menikmati wisata religious anda bisa mengunjungi Mesjid Rahmatullah Lampu’uk mesjid ini tidak jauh dari pantai, Mesjid Rahmatullah ini adalah satu-satunya bangunan yang tidak hancur waktu Gempa dan gelombang tsunami 2004 silam. Di sudut mesjid terdapat tiang-tiang yang hancur pada waktu tsunami, setelah mesjid ini direnofasi pengurus mesjid sepakat biar kan sudut ini menjadi saksi kedasyatan tsunami agar anak cucu kita tidak lupa akan dasyatnya musibah itu.


Nah, setelah puas mandi dan berenang dilaut serta menikmati berbagai kelezatan makanannya serta menikmati wisata religious, menjelang sore kita akan menyaksikan pesona terbenamnya matahari di sudut barat Indonesia, momen ini tiap minggu nya menjadi hal yang paling indah dan romantis bagi pasangan muda-mudi yang lagi berkasmaran tidak hanya kaum muda-muda mudi banyak orang yang sengaja datang ke Pantai Lampu’uk ini khusus untuk menikmati terbenamnya matahari dikala senja.


Langit pun sudah mulai memerah mewarnai senja disore hari, walaupun menjelang sore tapi pengunjugn yang bermain, mandi dan berenang pun masih ramai, mereka menikmati keindahan panorama senja pantai lampu’uk ini sambil bermain air. Keindahan panorama ini membuat pantai Lampu’uk ini menjadi daya tarik sendiri buat pariwisata Aceh.


Namun sangat disayangkan oleh banyak pengunjung Pemerintah tidak membangun Pantai Lampu’uk ini menjadi daerah wisata serta tidak adanya investor yang mau membangun daerah wisata yang memiliki keindahan Alam yang luar biasa ini.