1. Pendahuluan
Beton adalah suatu
material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar dari kehidupan sosial
modern. Hampir pada setiap aspek kegiatan sehari-hari kita tidak dapat untuk tidak bergantung pada beton
baik secara langsung maupun tidak langsung [1].
Salah satu
jenis beton yang digunakan pada berbagai kontruksi adalah beton ringan.
Penggunaan beton ringan pada daerah rawan gempa merupakan suatu alternatif yang
baik. Hal ini disebabkan penggunaan beton ringan dapat mereduksi resiko
kemungkinan kerusakan yang akan ditimbulkan akibat gempa bumi. Beton ringan
yang sangat mudah diproduksi adalah beton busa [2].
Teknik pemantauan korosi dengan pendekatan pengukuran
secara elektrokimia seperti metode tahanan polarisasi linear digunakan untuk
mengetahui daerah tulangan yang telah terkorosi dan lebih lanjut mengetahui
laju dari korosi pada daerah tulangan yang terkorosi di dalam beton. Pemantauan
korosi dilakukan dengan melihatperubahan nilaipotensial yang
terjadi pada permukaan beton,
semakin negatif
perubahan nilaipotensial yang didapatkan maka semakin
tinggi tingkat kecendrungan terkorosi.
2.
Definisi
Korosi
Korosidi definisikan sebagai
perusakan atau penurunan mutu suatu bahan yang disebabkan oleh reaksi antara
bahan tesebut dengan lingkungan sekitarnya [3].
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai pada bangunan-bangunan
maupun peralatan yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja
dan sebagainya. Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi. Jembatan
dari baja maupun badan mobil juga dapat menjadi rapuh karena korosi. Badan
kapal yang terdiri dari konstruksi baja juga akan mengalami korosi.
Infrastruktur seperti gedung,
jembatan, jalan, rel kereta api, dan terowongan sangat rentan terhadap korosi
sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian akibat proses
pengkaratan atau korosi mencapai 80 persen dari biaya perawatan dan
perlengkapan industri. Korosi juga menjadi salah satu penyebab utama kecelakaan
pada dunia kerja [4].
Korosi merupakan proses atau
reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya,
oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi
hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya.
2.1
Mekanisme Korosi Tulangan Baja dalam Beton
Menyebutkan bahwa faktor
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kondisi tulangan dalam beton. Lingkungan
yang bersifat korosif akan menyebabkan tulangan beton terkorosi. Lingkungan
yang korosif berarti lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses korosi. Dua
faktor yang signifikan sebagai penyebab
korosi tulangan baja dalam beton adalah penetrasi oleh ion klorida dan proses
karbonasi oleh karbon dioksida [5].
Korosi tulangan baja dalam
beton diawali dengan penetrasi oleh ion-ion atau zat-zat yang bersifat korosif,
yang menyebabkan penurunan pH dan berakibat rusaknya lapisan pasif. Selanjutnya akan terjadi pembentukan daerah
anoda dan katoda pada permukaan tulangan baja. Pada daerah anoda akan terjadi
reaksi oksidasi tulangan baja. Elektron dari anoda pada tulangan baja akan
disuplai melalui air dalam pori beton ke katoda yang dikenal sebagai reaksi anodik. Dua elektron yang disuplai oleh anoda harus
dikonsumsi oleh daerah permukaan tulangan baja. Daerah yang mengkonsumsi tersebut disebut daerah katoda[5].
2.2 Metode
Tahanan Polarisasi Linear
Pengukuran dengan metode linear
polarization resistance saat ini telah menjadi metode yang efektif untuk
melakukan pengukuran korosi pada baja tulangan dalam beton. Korosi baja
tulangan dalam beton telah menjadi hal yang penting saat ini, maka perlu
dilakukan pengembangan teknik non-destructive untuk penilaian yang akurat
tentang kondisi struktur beton bertulang. Pemantauan dengan metode linear polarization resistance telah
dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan ini. Teknik pemantauan korosi dengan
metode linear polarization resistance ini cepat dan tidak mengganggu, hanya
membutuhkan koneksi ke baja tulangan. data yang dihasilkan dapat memberikan
pemahaman tentang laju korosi pada tulangan baja, dan memberikan informasi yang
rinci tentang potensial dari sampel [6].
Dalam metode linear polarization
resistance, prinsip pengukuran laju korosi didasarkan pada fenomena
elektrokimia. Pada baja tulangan terjadi pergeseran kesetimbangan reaksi
elektrokimia melalui pengubahan suatu potensial elektroda dengan mengalirkan
sejumlah arus listrik ke elektroda lainnya. Pengubahan arus listrik berdampak
pada perubahan nilai potensial suatu logam dari potensial alami logam terhadap
potensial korosi. Pengubahan arus listrik tersebut akan menghasilkan kerapatan
arus yang merupakan fungsi linier dari potensial elektroda. Besarnya
kemiringan ini sama dengan tahanan polarisasi, sehingga metode ini juga disebut
sebagai metode tahanan polarisasi. Besarnya tahanan polarisasi (Rp) dari baja dapat dihitung dengan
persamaan:
3. Metode Pengukuran
a.
Material/bahan
yang digunakan
Untuk specimen digunakan beton busa normal ukuran 80
cm x 20 cm x 15 cm. Mutu rencana beton
f’c 25 Mpa, FAS 0,4 dan SG 1,6. Tulangan yang digunakan dari baja lunak dengan
4 tulangan utama berdiameter 10 mm dan7 tulangan sengkang berdiameter 6 mm.
b.
Peralatan
yang digunakan
- Potensiostat/Galvanostat HA 301
- Osciloskop TDS 340
- Reference Electrode SCE HC 205C
- Plat Stainless Steel
- Kayu Pemegang SCE
- Lengan Penjepit
a.
Tahapan
Pengukuran
- Hubungkan dan hidupkan osiloskop dengan potensiostat/galvanostat.
- Pasang plat stainless steel pada kayu pemegang SCE diikuti busa dibawahnya. Plat stainless steel ini berfungsi sebagai counter electrode.
- Hubungkan masing-masing kabel ToCell OutputPotensiostat/Galvanostat:
·
RE
clip ke Reference Elektrode (SCE).
·
WE
1 dan WE 2 clip ke Working Electrode1 dan 2 (Spesimen).
·
CE
clip ke Counter Electrode(Stainless Steel).
- Pasang SCE pada kayu pemegang dan diletakkan di atas benda uji tepat di atas tulangan yang akan di ukur.
- Aktifkan fungsi G-stat pada Potensiostat/Galvanostat.
- Putar switch FUNCION pada posisi REST-POT untuk melihat nilai potensial awal. Nilai potensial ini dapat dibaca pada oscilloscope.
- Switch POLARITY (INT-SET) pindahkan ke posisi positif untuk nilai anodik, pindahkan switch FUNCION pada posisi OPERATION untuk pengambilan data, switch INT-SET diputar sedikit demi sedikit berlawanan dengan arah jarum jam untuk merubah nilai arus.
- Catat nilai potensial yang dihasilkan dari setiap pengukuran
Dari hasil pengembangan komponen-komponen maka dapat
dirangkai sebuah rangkaian pengukuran linear polarization resistance
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.
Gambar 2.
Rangkaian Peralatan Pemegang SCE
|
Berdasarkan hasil pengembangan
dan pengaplikasian metode LPR pada benda uji beton busa bertulang, maka dapat
di tarik beberapa point penting sebagai kesimpulan pada penulisan antara lain:
1. Pengembangan
peralatan untuk pengujian LPR pada laboratorium rekayasa material telah
berhasil dilakukan dan dapat diaplikasikan langsung pada spesimen benda uji.
2. Penggunaan
alat pemegang SCE dan lengan penjepit sangat membantu dalam menjaga
keseimbangan SCE dari guncangan.
3. Pemakaian
stainless steel sebagai counter electrode sangat baik dalam
mensuplai arus ke benda uji.
4. Nilai
laju korosi untuk empat kondisi benda uji beton busa bertulang telah didapatkan
dari hasil pengukuran menggunakan metode linear
polarization resistance.
5. Ketebalan
selimut beton benda uji memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai
potensial yang terukur, semakin tebal selimut beton dari benda uji maka nilai
potensial yang terukur akan menjadi semakin positif.
sumber : Jurnal Ilmiah - Romi Hariawan
Daftar pustaka
[1]. Sejarah Beton, Sifat, dan Karakteristik Beton,
termuat di: Lillyantina. Multiply. Com/journal/item/6, diakses 23
November 2011, 09.30 WIB.
[2]. Abdullah,
Beton Busa Sebagai Bahan Kontruksi Bangunan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, 2010, Darussalam
Banda Aceh.
[3]. Fontana,
M.G, Corrosion Engineering, Third Edition, McGraw-Hill,
1987, New York.
[4]. Scully,
J.C., The Fundamentals of Corrosions, Pergamon
Press, 1983, Oxford.
[5]. Broomfield, J.P., Corrosion
Of Steel In Concrete, Understanding, Investigation and Repair 2nd edition, Taylor & Francis, 2007, London & New York.
[6] Millard,
S.G., Law, D., Bungey, J.H., Cairns, J., Environmental Influence on Linear
Polarization Corrosion Rate Measurement in Reinforced Concrete,NTD&E International, Vol. 34,
2001,hlm 409 – 417
[7] Chang, Z.T., Cherry, B., Marosszeky, M., Polarisation
Behaviour of Bar samples in Concrete in Seawater. Part 1: Experimental
Measurement of Polarisation Curve of Steel in Concrete, Corrosion Science,Vol.50, 2008., hlm 357 – 364.
[8] Law, D., Millard, S.G., Cairns, J., Bungey, J.H, Measurement
of Loss of Steel from Reinforcing Bars in Concrete Using Linear Polarisation
Resistance Measurement, NTD&E
International,Vol. 37, 2004, hlm 381 – 388.
[9] Thomson, N.G, and Payer, J.H, DC Electrochemical Test Method, NACE International, 1998, Houston, Texas.
very informative post for me as I am always looking for new content that can help me and my knowledge grow better.
ReplyDelete