Friday, July 15, 2011

Puisi Cinta Yang Terlupa

Hari-hari yang ku lalui terasa begitu membosankan seperti nahkoda yang hilang arah aku terombang ambing melalui aliran hidup, aku merasa seperti orang yang paling bodoh karena tak mampu mendapatkan apa-apa disaat umur seperti ini. Pernah aku merasa mati itu lebih baik dari apa yang ku jalani dan lari dari tebing yang kuhadapi merupakan jawaban dari kejenuhanku, aku mencoba membaginya kesahaba-sahabat ku, namun mereka juga seperti ku yang tak ada daya untuk merubah hidup ini yang membuat mereka berbeda dengan ku setidaknya mereka lebih beruntuk karena disamping mereka berdiri kekasih mereka yang mendukung mereka sepenuh hati. Aku cuek dengan kondisi itu dan seakan egois aku hanya perlu sendiri untuk menjalani kehidupan ku.

Setahun yang lalu aku berada disaat titik jenuh diriku berada dikampus dalam kondisi tinggi, yang seharusnya aku sudah memberikan tawa dan bahagia dengan gelar kepada orang tua, namun aku tak ada daya untuk melakukan karena ada nilai yang harus aku perbaiki, dan ini didukung dengan kegiatanku yang hanya terpaku laboratorium kampus dan rumah. Tiap hari kerjaku bangun pagi sarapan belajar kemudian terduduk sampai malam dan tidur lagi dan semua ini ku lakukan setiap hari.


Takdir atau jodoh… itu yang ku terlitas dalam pikiran pertama kali disaat tidak sengaja disaat titik jenuh dan bosan sedang sangat tinggi aku mengirimkan pesan ke seseorang yang ada dihpku , awalnya sekedar iseng membuang waktu. Tak disangka dia merespon dengan begitu luar biasa, setelah satu pesan berlanjutkan ke pesan lain bagaikan kertas hitam yang diteteskan tinta putih yang membuatnya lebih menarik, pesan tersebut lama-kelamaan menjadi kebutuhan dan aku mencoba untuk menelpon untuk mendengarkan suaranya tanpa kusadari aku bicara dengan nya sampai sejam lebih hal yang tidak pernah ku lakukan dan mampu aku lakukan dengan orang lain, aneh kurasa dia mampu membawaku ke dalam nada-nada suara dan seakan-akan dia memang diposisiku yang membuatkan berada dalam kenyamanan. Aku terfikir inilah jodohku... untuk merajutkan hubungan ini sempat aku dan dia sempat seminggu tak saling menyapa dikarenakan aku focus dengan social network ku. Dan aku sadar dia sedang menanti keputusanku untuk merangkai satu hubungan yang lebih khusus.


Lembar demi lembar ku tuliskan cerita-cerita manis dengan pena berwarna dan hari-hariku kian berwarna oleh warna cinta, sayang dan manja. Aku pun semakin terbuai dengan apa yang namanya cinta itu, dengan memutar isi otak aku coba merangkai kata-kata rayuan dan gombal agar senyum selalu terpancarkan dari wajahnya , banyak mimpi yang tercipta dari kondisi ini. yang manis kebaikan hatinya kadang membuatku merasa dia tidak pantas untuk seorang sepertiku yang hanya mementingkan diri sendiri kadang kala, walaupun jarang berjumpa kami hanya menjaga komunikasi namun itu berjalan dengan baik, sampai satu hari aku dan dia dihadapkan masalah baik pribadi dan dari keluargaku, aku bingung disaat aku diujung pendidikan ku dan terus dihadang dengan berbagai permasalahan membuatku terpuruk sehingga aku jatuh namun dia tetap memberiku semangat. Aku merasa kami begitu berbeda dia seperti seorang anak raja yang memiliki semuanya dan sedang aku masih dalam kekurangan yang untuk aku sendiri tak mampu aku cukupi.


Aku terpaksa mengurangi komunikasi karena aku harus mendahulukan beberapa kepentingan lain, aku tau ini berat dan sulit bagi dia, aku tak mampu menceritakan kepadanya apa sebenarnya yang terjadi egois memang, tapi kondisiku seperti itu. Sampai dia saat dia menyampaikan sebuah pesan yang begitu sulit aku terima, ada seseorang yang lebih baik, siap dan mapan memintanya untuk menjadi pendampingnya, aku makin terjatuh di dalam jurang yang sempit, disaat masalah datang dari banyak pintu dan pintu-pintu itu menimpaku sehingga aku tak mampu bangun. Berat .. itu yang kufikir, aku lebih banyak diam.. dan terus berfikir aku bertanya pada hatiku dan diriku, apakah dia bahagia dengan ku? Apakah aku mampu membawa kebahagian? Aku yakin itu bisa dan perlu waktu yang begitu lama karena aku harus mulai dari bawah.


Aku putuskan hubungan ini tidak bisa dilanjutkan, lebih baik aku melihatnya bahagia dengan orang lain dari pada dia bersamaku tidak bahagia, dan pada hari itu kami pun bersama putuskan untuk berjalan sendiri-sendiri. Aku pun sedih dan seperti terombang ambing dilautan cinta, aku kehilangan arah mimpi dan seakan aku hidup sendiri dimasa depan. Aku tidak pernah melakukan komunikasi dengan nya aku mau dia melupakan ku sepenuhnya, namun aku sadar terlalu banyak aku membuat cerita-cerita manis dengannya sehingga aku pun tidak ada kekuatan untuk melupakannya sampai saat ini kuberharap semoga ini tidak terlupakan dan akan menjadi suatu cerita yang indah nantinya.


Ingin ku teriak dan sambil berkata

“aku kangen...ngen.. ngen dan sangat rindu kamu”
, bayangan wajahnya selalu terbayang dipikiran ku saat tertidur dan ketika aku sendiri atua terpojok dalam kondisi jenuh, aku coba menyibukan diri dengan ribuan aktifitas namun tak ada aku juga tak mampu menghapus coretan itu di kertas ku. Aku tau dia sudah bahagia. Satuhal yang aku sangat aku dan sayangkan aku harus terima aku ketemu dengannya disaat kondisiku dalam kondisi tidak siap, sehingga aku sendiri tidak bisa memberikan jaminan kebahagian untuknya. Ingin ku tuliskan puisi-puisi cinta untuknya yang dulu terlupa aku tuliskan untuknya sebagai catatan agar dia mengingat ku disetiap dia membuka bukunya.


Sekarang aku punya jalan hidup sendiri, memang sulit melupakannya namun aku terus berupaya untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah aku mimpikan bersamanya, didorong oleh teman-teman hebatku disampingku aku terus mencoba mengasah kemampuanku, meski aku sadar dia tetap tidak akan bersamaku lagi, namun hidup harus terus berjalan meski sendiri aku tidak takut lagi melawan badai.. karena aku punya sahabat-sahabat yang selalu ada disaat aku terpojok sendiri, walaupun dirimu tidak lagi bersama aku, aku coba semampuku untuk mendoakan mu agar kamu bahagia menjalani kehidupanmu.


Aku pun harus berterima kasih kepada kawan dan sahabat-sahabat ku,dari pengalaman-pengalaman kalian membuatku mampu menuliskan cerita ini sebagai intisari masa muda yang telah kita jalani.