Dalam
 proses persalinan, bayi yang dilahirkan dengan bobot yang rendah 
disebut dengan bayi prematur. Ketika masih dalam kandungan, bayi 
prematur hidup dalam perut ibunya dengan temperatur yang sama dengan 
temperatur tubuh ibunya (36-37oC).
Ketika
 baru dilahirkan, bayi prematur belum dapat menyesuaikan diri terhadap 
temperatur di luar lingkungan perut ibunya. Oleh sebab itu bayi prematur
 harus dibantu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru 
dengan meletakkannya ke dalam inkubator. Inkubator bayi menurunkan suhu 
secara perlahan sehingga dapat membuat bayi merasa nyaman. Saat ini 
inkubator bayi yang ada di pasaran umumnya memiliki harga yang relatif 
mahal. 
Hal ini disebabkan karena sebagian besar inkubator yang ada 
merupakan produk impor. Oleh sebab itu, Prof. Dr. Ir. Raldi Artono 
Koestoer, DEA dari Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 
Indonesia mencoba untuk mengembangkan dan membuat inkubator bayi dengan 
harga yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas tinggi.
Pengembangan
 inkubator bayi ini berawal saat Prof. Raldi mengunjungi rumah kakaknya 
pada tahun 1989. Ketika itu kakaknya membawa sebuah inkubator bayi yang 
telah rusak. Mulailah Prof. Raldi mempelajari kerusakan-kerusakan pada 
inkubator tersebut. Kemudian kakaknya berkata, “Kenapa tidak kamu saja 
yang membuat inkubator ini?” Dan dari sanalah Prof. Raldi mulai berfikir
 untuk mengembangkan inkubator bayi. 
Setelah
 menjalani berbagai macam penelitian, akhirnya pada tahun 2002 inkubator
 bayi tersebut selesai dibuat. Selanjutnya, inkubator ini memasuki 
proses pabrikasi sehingga inovasinya terus berkembang dengan pesat. 
Permintaan akan inkubator ini pun semakin banyak sehingga SDM-nya terus 
berkembang, terciptanya lapangan kerja, dan menambah pengetahuan karena 
selalu berusaha untuk berinovasi.
Untuk
 membuat lingkungan yang nyaman bagi bayi prematur, suhu di dalam 
inkubator diturunkan secara perlahan. Misalnya, temperatur awal di 
lingkungan sekitar adalah 36-37oC, maka inkubator tersebut diatur temperaturnya menjadi 33-34oC. Panas di inkubator ini berasal dari heater yang diletakkan dibawah inkubator, yang kemudian dialirkan ke atas menggunakan fan. Temperatur di dalam inkubator tersebut akan tetap bertahan sesuai dengan setting-an awal karena proses pengaturannya bekerja secara otomatis. Misalnya, jika temperatur yang diinginkan adalah 34oC, maka jika sudah naik mencapai 34oC heater-nya akan otomatis mati. Dan ketika temperaturnya sudah turun menjadi 33oC, maka heater-nya akan menyala lagi.
Pada
 dasarnya inkubator produk dalam dan luar negeri prinsip kerjanya sama 
saja. Yang membedakannya adalah desainnya, pintunya, engselnya, dan heater-nya.
 Kelebihan inkubator buatan Prof. Raldi ini adalah hemat energi. 
Sedangkan inkubator buatan luar negeri memiliki watt yang tinggi, 
sehingga membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Hal ini disebabkan
 karena di luar negeri, mereka menghadapi temperatur yang rendah. 
Sehingga membutuhkan energi yang besar untuk menaikan temperatur. 
Sedangkan di Indonesia temperaturnya sekitar 28-29oC, sehingga tidak memerlukan energi yang terlalu besar untuk menaikan temperatur.
Foto : ET 
Penulis : Indah Sari Dewi
Penulis : Indah Sari Dewi
sumber : http://engineeringtown.com/teenagers/index.php/karya-teknologi-bangsa/38-inkubator-bayi.html 
 
 
 




 
 
 
 
 
 
 
 
 
Amazing blog and very interesting stuff you got here! I definitely learned a lot from reading through some of your earlier posts as well and decided to drop a comment on this one!
ReplyDelete