Friday, December 25, 2009

Eksplorasi Gas di Provinsi Aceh


Eksplorasi Gas yang Dilakukan PT. Arun NGL.

PT. Arun NGL yang berada di Lhokseumawe adalah salah satu bukti keberhasilan teknologi pencairan gas alam yang dimiliki Bangsa indonesia. Teknologi pecairan gas alam ini meliputi berbagai proses yang menggunakan perlatan industri seperti kompresor gas, Turbin, Heat Exchanger, Pompa, Boiler dan alat-alat lainnya. Teknologi yang telah di kembangkan oleh PT. Arun bukanlah suatu langkah akhir perkembangan teknologi di Indonesia.


Sejarah Singkat PT. Arun NGL

Pada tahun 1971 Mobil Oil Inc (sekarang Exxon Mobil Oil Indonesia) menemukan sumur pertama cadangan gas alam di sebuah desa kecil bernama Arun di kecamatan Syamtalira yang berlokasi ±30 km disebelah timur Lhokseumawe. Bertitik tolak dari penemuan inilah, maka nama desa kecil ini diabadikan sebagai nama pabrik yang telah dikenal oleh dunia internasional sebagai penghasil gas alam cair terbesar, yaitu PT. Arun NGL. Pada saat itu diperkirakan cadangan gas alam Arun, dapat mensuplai 6 train plant LNG untuk 20 tahun. Atas kemampuan ini PERTAMINA dan Mobil Oil Indonesia Inc. mulai mengembangkan program produksi, pencairan, pengiriman dan penjualan LNG.


PT. Arun NGL merupakan suatu perusahaan yang berbentuk Persero dengan pembagian saham operasi sebagai berikut:

  • Pertamina 55 %
  • Mobil Oil Indonesia 30 %
  • Japan Indonesia LNG Company (JILCO) 15 %


Sesuai perjanjian yang telah disepakati, semua aset yang terdapat pada PT.Arun NGL adalah milik Pertamina. Dalam melaksanakan pembangunan LNG, pilihan jatuh pada Bachtel Inc, mengingat pengalamannya baik dalam pembangunan kilang LNG maupun proyek – proyek besar lainnya yang terbesar diseluruh dunia. Pekerjaan engineering dan perincian perkiraan biaya, dilaksanakan pada bulan Januari 1974 di San Francisco kemudian di London dan di Jakarta. Kesibukan-kesibukan sehubungan dengan pembangunan sudah terasa sejak awal Januari 1974, sedangkan alat dan bahan konstruksi mulai berdatangan awal 1975.


Pabrik LNG Arun mempunyai 6 buah train pencairan gas alam dengan produksi 57.000 m3 / hari LNG yang dilengkapi dengan unit-unit pemisahan gas dan kondensat, pemurnian gas, pencairan, storage serta dibantu dengan unit-unit penunjang (utilities).


Gambar Peta Lokasi Arun LNG Plant

Perkembangan PT. Arun NGL

PT. Arun NGL sudah memiliki 6 (enam ) train pencairan gas alam dengan produksi 57.000 m3 per hari LNG, tetapi sekarang hanya 3 train yang masih beroperasi yaitu train 3, 4 dan 5. Keenam train ini dibangun secara bertahap. Tahapan pembangunan operasi masing-masing train dibagi 3, yaitu:


a. Arun Project I

Proyek ini meliputi pembangunan train 1, 2 dan 3 yang dibangun oleh kontraktor utama Bechtel Inc. yang dimulai pada tahun 1974 dan selesai akhir tahun 1978. Pengapalan pertama proyek LNG ditujukan ke Jepang bagian barat yang dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1978.


b. Arun project II

Proyek ini merupakan pengembangan dari Arun project I yang meliputi pembangunan train 4 dan 5 yang dilakukan oleh kontraktor utama Chiyoda Chemical Engineering Corp. Bekerja sama dengan Mitsubishi Corp. dan PT. Purna Bina Indonesia. Proyek mulai dikonstruksi awal bulan Februari 1982 dan selesai pada akhir tahun 1983. Pada Desember 1983 dilakukan pengapalan LNG ke Jepang bagian barat.


c. Arun Project III

Proyek ini juga merupakan pengembangan dari proyek-proyek sebelumnya. Proyek ini membangun train 6 yang dilakukan oleh kontraktor utama JGC Corp. yang dimulai awal Nopember 1984 dan selesai Nopember 1986. Ini merupakan realisasi kontrak jual dengan Korea Selatan. Tanggal 21 Oktober 1986, pengapalan LNG pertama ke Korea Selatan


Pada awal beroperasinya kilang Arun hanya memproduksi LNG yang mengandung komponen dominan metana (CH4) dan sedikit Etana (C2H6) serta fraksi berat lainnya yang dimanfaatkan sebagai media pendingin kilang, juga menghasilkan kondensat yang merupakan hasil sampingan dari pengolahan fraksi berat pada gas alam yang meliputi proses dalam produksi LNG.


Sebagai langkah perluasan produksi dan pengembangan usaha, PT.Arun melakukan diversifikasi produk dengan memanfaatkan unsur-unsur propana (C3H8) dan butana (C4H10) yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jual kondensat yang merupakan hasil penggabungan kedua unsur tersebut, sehingga diharapkan dapat menambah devisa negara disamping produksi utama. Kemudian dilakukan studi dan penelitian terhadap kilang dan komposisi gas alam agar diversifikasi produk yang dilakukan tidak mengganggu mutu dan jumlah produksi LNG serta suplai media pendingin untuk kilang. Dengan hasil penelitian yang positif maka dibuatlah master plant pembangunan kilang LPG antara pertamina dengan para konsumen dari Jepang pada tanggal 15 Juli 1986.


Orientasi LNG Plant Site

Setiap train pencairan gas alam mampu mengelola 282 MMSCFD gas untuk menghasilkan 9500 m3/hari LNG pada 100% kapasitas desain. Pabrik dilengkapi dengan dua buah dermaga pemuatan LNG untuk kapasitas kapal 95.000 death weight ton (DWT), dibuat pada kedalaman 14 meter yang diukur pada saat air surut sehingga dapat dimasuki kapal – kapal LNG ataupun LPG. Sedangkan untuk kondensat dilengkapi dengan dua buah sarana pemuatan yaitu dengan:

  • Single Point Mooring (SPM) untuk kapasitas kapal 40.000– 280.000 DWT
  • Multi Buoy Mooring (MBM) untuk kapasitas kapal 30.000 – 100.000 DWT


LNG yang dihasilkan PT.Arun NGL sampai saat ini di ekspor ke Korea Selatan dan Jepang. Di negara tersebut, LNG diubah menjadi gas dengan sistem pemanasan air laut yang kemudian digunakan untuk bahan bakar industri – industri berat dan untuk keperluan rumah tangga.


Sejak dioperasikannya kilang gas alam PT.Arun NGL pada tahun 1978, gas alam yang dihasilkannya mengandung unsur – unsur hidrokarbon yang kemudian diproses menjadi gas cair (CH4) dan etana (C2H6). Sedangkan unsur-unsur yang lebih berat digunakan sebagai refrigerant di kilang dan sebagian lainnya kembali ke dalam proses untuk dibentuk menjadi LNG atau kondensat. Kondensat yang dihasilkan tersebut diekspor ke Jepang, Singapura, Australia, Selandia Baru dan sebagian ke arah pantai barat Amerika. Dimana kondensat yang di produksi harus mempunyai persyaratan dan spesifikasi yang telah ditentukan, yaitu RVP (Rate Vapour Pressure) maksimum 13 psi pada temperatur 100°C dengan specific gravity 0,76 (54 ° API).


Jumlah LNG yang di produksi saat ini adalah 25.000 m3 /hari. Sejak awal tahun 2001, train 1 tidak beroperasi lagi, pada tahun 2003 train 2 tidak beroperasi lagi, dan pada tahun 2006 train 6 juga tidak beroperasi lagi.




1 komentar: