Monday, August 17, 2009

Aceh Harus Terus Damai Selamanya

Perdamaian….. tak terasa sudah jalan 4 tahun, hidup sekarang jadi lebih baik tidak lagi dalam naungan peluru dan kekerasan. Perang di Aceh seperti sebuah takdir dan darah anak-anak Aceh seperti sudah dialiri darah perang dan kekerasan.


Di Aceh Perang di Awali pada abad sebilan belas di mana Kaphe-kaphe Belanda mencoba menghacurkan Kerajaan Aceh Darussalam sebagai salah kerajaan Islam yang tersohor pada masa itu, Atjeh Darussalam itulah menjadi kebanggaan orang Aceh dimana orang-orang Aceh siap memberikan darah, harta dan nyawanya untuk mempertahankan tiap jengkal tanah Aceh yang coba direbut Belanda. Belanda sendiri mengaggumi pejuang-pejuang Aceh yang tidak takut mati dalam membela Negara dan agamnya. Perang Atjeh adalah perang terlama Belanda dan banyak menelan kerugian bagi kerajaan Belanda.


Pertengah Abad 20 Belanda pergi karena invansi Jepang, dan Aceh jatuh ke tangan Jepang, perang di Aceh masih terus berlanjut melawan Jepang. Beberapa tahun Jepang menduduki Aceh dan Indonesia pada Tahun 1945 Jepang menyerahkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Namun tidak sampai disitu saja rakyat Aceh mendapat kemerdekaan dan menjadi bagian Indonesia. Selang beberapa tahun kemudian Aceh kembali ikut perang dalam pemberontakan DI/TII yang dicetus dibeberapa daerah daerah di Indonesia. Setelah disepakati perdamaian antara Penggerak DI/TII di Aceh, kemudian Perang kembali ke Aceh, masuknya faham komunisme yang dikenal anti agama menjadi sebuah ancaman dan menarik Aceh kembali pada perang dan kekerasan yang dimulai tahun 1965 banyak orang-orang Aceh yang dibantai dan mayatnya dibuat kelaut karena berbenturan dengan Komunis ini. Setelah TNI memberatas komunis dan RI mengerluarkan UU yang mengharamkan partai komunis ini, Aceh berangsur-angsur pulih.


Kemudian di tahun 70an, Acheh menyakatakan kemerdekaan nya dan berpisah dari Republik Indonesia, barulah Aceh diberlakukan sebagai dari Opersi Militer (DOM) sampai tahun 2001 status Aceh sebagai daerah perang dan daerah Konflik terus bergulir, ekonomi di Aceh hancur total, pendidikan tidak berjalan dengan semestinya , berbagai kegiatan lumpuh, setiap hari banyak terdengar berita kontak senjata, pembunuhan pembantaian, perampokan dan berbagai kekerasan terjadi dimana-mana di wilayah Aceh. Hidup dalam perang, setiap saat maut terus mengintai, peluru tampa kendali tumpah ruah. gentaran tanah, suara keras dari granat dan bom mengaung keras memecahkan gelapnya malam, api melahap kayu sekolah tampa kenal pentinya sekolah itu, anak-anak aceh sambil tiarap terus berdoa agar Aceh aman dan mereka bisa bersekolah.


Doa itu terkabul, akhir 2004 tanpa disadari oleh masyarakat Aceh gempa dan tsunami menerjang, meluluhlantakan semua daerah pesisir barat dan timur di Aceh, Banda Aceh lumpuh total, dan Aceh menjadi pusat perhatian diseluruh dunia, Gempa dan Tsunami di Aceh merupakan bencana terbesar di abad 21 ini dengan jumlah korban lebih dari 200ribu jiwa, tsunami sendiri membawa jutaan hikmah bagi Aceh dan rakyatnya tempat tanggal 15 Agustus 2005, Kesepakatan damai disepakati oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintahan Republik Indonesia di Helsinki, MoU Helsinki merupakan suatu kebijakan yang luar biasa yang membuat Aceh menjadi salah satu daerah istimewa dan setiap moment penting di Aceh menjadi suatu ekperimen dan dapat digunakan di daerah lain. Suatu keistimewaan di Aceh sekarang setelah damai Dipimpin oleh gubernur dan wakil gubernur mantan narapidana dan mereka maju pada pemilihan langsung gubernur dari calon independent.


Setelah kesepatan damai itu Aceh berangsur-angsur pulih, banyak dana dari pemerintah dan bantuan dari Asing, Aceh mulai membangun dan membenahi diri berbagai infrastruktur dbangun di Aceh dalam rehablilitasi dan rekonstruksi pasca gempa dan tsunami, namun itu tidak lepas dari program keberlanjutan perdamaian di Aceh.


Keberlanjutan perdamaian di Aceh banyak sangsikan akan gagal, karena banyaknya riak-riak kriminalitas terjadi di Aceh. Kesadaran masyarakat Aceh damai itu adalah milik mereka juga menjadi satu persoalan yang tidak kalah pentingnya. Pemilu legistlatif dan Pemilu President telah membuat masyarakat Aceh tidak berkonsetrasi lagi pada perdamaian yang sudah berjalan 4 tahun lamanya. Tapi beberapa pihak dari kalangan LSM dan civil society di Aceh mengharapkan bahwa tanggal 15 Agustus itu merupakan hari yang bersejarah bagi Aceh , dan itu tidak bisa ditawar lagi. Keberlajutan perdamaian di Aceh itu merupakan tugas kita dan Aceh masih perlu kerja keras kita.



Aceh harus Damai Terus.. buat anak cucu kita......................................

0 komentar:

Post a Comment